Sabtu, 16 Mei 2009

kaum difabel di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Penyandang cacat fisik seringkali mendapatkan diskrimansi oleh banyak pihak, baik itu dalam pekerjaan, pendidikan, bahkan dalam hal fasilitas umum yang belum sepenuhnya menyentuh mereka. Istilah penyandang cacat itu sendiri merupakan suatu diskriminasi juga, kata cacat umum digunakan untuk menyebut beberapa orang yang memiliki kemampuan di bawah rata–rata. Untuk mengatasi istilah yang dirasa negative itu, maka digunakan istilah Difabel, yaitu Different Ability People yang dapat diartikan sebagai manusia yang memiliki kemampuan berbeda. Kemampuan berbeda yang dimaksud adalah hanyalah kemampuan secara fisik saja. Istilah “ difabel “ mungkin masih kurang popular dibandingkan dengan istilah penyandang cacat atau penderita cacat.
Bagi kaum difabel ada beberapa tempat yang mau untuk mengembangkan potensi mereka, salah satunya adalah Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD ) Prof. Dr. Soeharso, di tempat ini kaum difabel terutama anak–anak dan remaja mendapat pembinaan untuk menggali dan mengembangkan potensi mereka, dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Mereka bukan hanya diajarkan berbagi macam ketrampilan, namun juga dibangun rasa percaya dirinya, sehingga mampu berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Interaksi pada masing–masing orang berbeda–beda, ada yang mudah ada pula yang mengalami kesulitan. Interaksi diperlukan dalam kehidupan sehari–hari , karena melalui interaksi hubungan yang baik dengan masyarakat dapat tercapai. Sebagai makhluk social individu tidak akan bisa hidup sendiri, oleh karena itu agar dapat hidup bersama dengan orang lain dan beradaptasi dengan lingkungan diperlukan kemampuan menyesuaikan diri yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar